Loading

Penjaga Tradisi Betawi

Penjaga Tradisi Betawi
Penjaga Tradisi Betawi

Penjaga tradisi Betawi – Penjual kerak telor di Setu Babakan, Bang Awi dan Bang Uki, berdagang penganan lokal dengan resep yang hidup di dalam keluarga.

Ini obrolan saya dengan kedua penjual kerak telor itu.

Lupakan

Ngikut Babe Ame Engkong

Saya menemui dua penjual kerak telor di Cagar Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan. Mereka adalah Bang Uki atau Marzuki (punya nama alias Sikoy), dan Bang Awi atau Nahrowi. Mereka berdua mendapatkan resep kerak telor masing-masing dari bapak dan kakek. Karena merupakan usaha keluarga maka kerak telor mereka betul-betul lahir dari budaya Betawi. “Sebagian besar pedagang kerak telor di Setu Babakan bukan orang Betawi,” kata Bang Uki.

Bang Awi dan Bang Uki sama-sama lahir dan bersekolah di daerah Buncit, Jakarta Selatan. Keduanya masuk madrasah (setingkat SD), lalu tsanawiyah (setingkat SMP). Begitu lulus SMP, keduanya bersekolah di Perguruan 28 Oktober 1928, tetapi beda angkatan dan jurusan. Bang Awi masuk SMEA, sedangkan Bang Uki bersekolah di SMA. Usia mereka terpaut tujuh tahun sehingga dulu tidak saling mengenal.

Lupakan

Jualan di Jakarta Fair

Kerak telor adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kedua penjual kerak telor ini. Bang Awi melihat Engkong (Kakek) membuat kerak telor dan menjual, sedangkan Bang Uki mengenal kerak telor dari ayahnya. Namun mereka punya pengalaman yang sama, yaitu ikut berjualan di Jakarta Fair di Monas.

Begitu lulus sekolah, mereka tidak langsung menjadi penjual kerak telor. Bang Awi pernah bekerja di studio pemrosesan foto selama empat tahun. Dia berhenti karena studio itu terbakar. Setelah menganggur dan sempat “jadi anak bandel”, dia akhirnya berdagang kerak telor di Kemayoran. Di sana dia bertemu calon istrinya, seorang pegawai (SPG) di toko dekat dia mangkal.

Bang Uki pernah bekerja serabutan, sebelum akhirnya ikut menekuni  usaha orang tuanya.

lupakan

Tempatnye Adem

Begitu menikah, dia memboyong istrinya ke Setu Babakan. Semula mereka mengontrak, lalu membangun rumah di tanah warisan istrinya. Kini lokasi tempat tinggalnya disebut Setu Lama, yaitu kawasan cagar budaya yang pertama dibangun.

Bang Awi senang di Setu Babakan, karena adem.

“Peluang usaha jadi tukang kerak telor sangat bagus sejak pemerintah bikin Setu Babakan jadi cagar budaya Betawi,” kata Bang Uki.

Kalau Bang Awi berjualan di gerobak dekat loket perahu bebek, Bang Uki membuka warung sekaligus tempat tinggal. Tempat itu dibanggakannya sebagai tempat yang nyaman untuk kumpul-kumpul dan arisan. Ada tempat lesehan, ada kursi-kursi bambu. Ada fasilitas karaoke juga.

Lupakan

Rahasia Jualan Laku

Menurut keduanya, keistimewaan masakan mereka adalah karena persiapan dilakukan sendiri. Mereka ke pasar membeli kelapa, bawang dan ebi. Mereka juga menyangrai serundeng sendiri. “Kelapanya sih diparut di pasar,” kata Bang Awi. Dia membanggakan bawang gorengnya yang renyah.

“Bisa dijamin kerak telor saya makanan sehat. Nggak ada MSG,” katanya. “Bebas minyak, kecuali bawang goreng yang buat taburan.”

Menurut Bang Uki, keraknya mempunyai rasa dan tekstur terbaik. “Tidak keras biarpun udah dingin,” katanya. “Rasanya sedep karena saya tidak pelit ebi.” Bang Uki pernah jadi juara III Lomba Kerak Telor se-Jakarta Selatan.

Bang Awi juga bangga sebagai penjual kerak telor yang berdarah Betawi. “Sekarang banyak orang dari suku lain yang ikut-ikut jualan,” katanya.

Lupakan

Sape nyang Nerusin?

Bang Awi ingin anaknya kuliah. Dia sudah menyediakan tanah di Cibitung untuk keperluan biaya kuliah anaknya. “Jangan kayak bapaknya,” katanya.

Menurut Bang Awi, anaknya yang baru berumur 10 tahun senang makan kerak telor, dan kalau tidak bersekolah ikut menemani ayahnya berdagang.

Bang Uki mengatakan anak pertama dan keduanya perempuan, sudah menikah. Anak ketiganya masih SMA. Senang membantu-bantu dia. Tapi belum tahu nanti bagaimana.

Semoga makanan tradisional ini terus bertahan segala zaman!

Info

Harga

Per loyang (diameter 20 cm)

  • Kerak telor dari telur ayam = Rp20.000
  • Kerak telor dari telur bebek = Rp25.000

Alamat Mangkal

  • Bang Awi: Mangkal depan loket perahu bebek Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
  • Bang Uki/Sikoy/Toyib: Jl Setu Babakan 87 A, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

Website

Setu Babakan Betawi 

Catatan: Tulisan ini diunggah kembali dari artikel yang saya buat pada Desember 2019, jadi kemungkinan ada perubahan data.

20 Desember, 2019